Apakah Kuliah Itu Penting? – Hari Minggu, 3 Maret lalu, aku dan kawan jagain booth BolehBaca di acara Klinik Beasiswa LPDP Universitas Negeri Malang UM. Sebelah, ada penjaga stand dari kue oleh-oleh Malang. Gabut gitu kita! Jadilah mengobrol.
Ada secuplik percakapan yang sangat kuingat sampai sekarang. Bahkan detail ekspresi si Mbak.
Mbak: Sebenernya saya nggak PD banget ngomong sama mbak dan masnya (kawan jagaku)
Aku: (Terkejut) Lah ngapain? Biasa aja mbak nggak apa.
Mbak: Saya nggak PD kalau ngomong sama anak kuliahan. Kelihatannya mereka berpendidikan banget, saya cuma lulusan SMK.
Aku: (Ha?) Nggak kok, Mbak, saya biasa aja. Wkwk (kawanku juga nimpali hal sejenis)
Mbak: Saya pingin banget mbak lanjut cuma ini masih ngumpulin biaya.
Diriku yang saat itu lagi lost my motivation nanya dong!
Aku: Kenapa pingin kuliah mbak?
Mbak: Pingin nambah ilmu public speaking
Aku: (Ha? #lagi) Kan bisa ambil kursus mbak?
Mbak: Pasti nggak sama mbak. Kalau kuliah lebih berpendidikan dan lebih enak ngomongnya.
And I was just…..
Apa begitukah orang umum memandang orang kuliahan? Pada saat kejadian itu, aku memang sedang kurang bergairah terhadap kuliah. Karena satu dan lain hal. Mendengar si Mbak mengatakan hal itu, aku jadi merefleksi diri…….
Nggak kuliah = Memalukan
Di lingkungan sekolahku dulu, pertanyaan ‘Masuk kuliah mana?’ serasa menjadi perlombaan dan kebanggaan. Otomatis jika tidak melanjutkan ke pendidikan tinggi patutlah menyembunyikan diri. Jadi sebenarnya kita kuliah itu keinginan kita sendiri atau statement orang kebanyakan?
Jangan tanya aku. Aku tak tahu.
Dapat duit itu menyenangkan. Daripada kuliah buang duit.
Dulu dahiku berkerut waktu masa-masa penuh tekanan kelas 12 SMA, bapakku sampai bilang:
“Kalau nggak keterima nggak apa. Nanti ambil kursus aja. Komputer atau apa.”
Dan aku batin aja sih, “Ih.. Kok jadi nurunin semangat gitu.. :(” sakit hati banget. Tapi setelah merasakan perkuliahan sekaligus mendapat pekerjaan, dapat uang sendiri itu melegakan. HAAHAHA.
Dan itu kerja bisa aja kita tamat SMA plus ambil kursus.
Temanku Annida pun merasakannya. Dan kami sama-sama setuju kalau ‘Tau gini mending kursus aja’
Btw dia part-time di café gitu. Katanya, daripada ngabisin duit buat bayar uang kuliah, mending kursus barista.
Waktu itu aku mengiyakannya. Dengan pikiran toh abis kuliah sama-sama cari kerja. I thought:
“When you are good at it, I believe you can escalate yourself and your financial issue whether you have a bachelor degree or not.”
Tapi aku berubah pikiran.
Kalau aku tidak kuliah, I wouldn’t find the essence of learning. Not studying.
Kupikir aku tidak akan menemukan hal-hal baru. Orang-orang dan pemikirannya. Aku mungkin juga tidak akan jadi tutor because it requires the title. Hehhehee. Aku juga mungkin tidak bertemu orang-orang baru yang memberi perspektif dan ilmu.
Someone says “University is about networking.”
Aku setuju. Walau bukan hanya ‘networking‘ yang didapat. Namun, ini juga bukan premis jika-maka. Jadi, bukan ‘University’ aja jalan untuk mencapai ‘networking’, but it can be a good choice as a place to grow.
So, dear anak kuliahan,
Ini aku juga masih mau naik tahun ketiga… Aku yang udah keterima di jurusan yang aku inginkan juga suka sambat, apalagi temen-temen yang kuliah karena obligation dari orang tua.
Tapi ayo kita tata ulang motivasi ini.
Semakin lama aku yakin banyak banget cobaannya. Mulai dari temen dekat yang udah sebar undangan nikah, kerja sambilan yang duitnya bikin kita sumringah, hingga dosen yang suka bikin kesel karena tingkahnya.
Jadi, apakah kuliah itu penting? I think so.
I mean, the college may be a privilege.
Banyak banget yang mungkin kurang beruntung nggak bisa nerusin ke kuliah. Karena ketidakmampuan ekonomi, jarak yang terlalu jauh, dan lainnya kayak si Mbak tadi. Jadi yang udah terlanjur kuliah nih, ayo semangat lagi!
Salam akhir Juni,
Semoga ini bisa menjadi penutup yang manis.
Salam kulu-kulu juga dari mahasiswa baru (dulu, 2017)