Udah beberapa tahun sejak aku nulis manfaat journaling. Maknanya, aku sudah melakukan kebiasaan ini cukup lama (meskipun udah enggak journaling tiap hari)! I can’t believe that. Sejak lebih tahu tentang how to journal dari mereka saat itu, I might say kalau journaling adalah salah satu kebiasaan yang BENAR-BENAR MENGUBAH HIDUPKU.
Karena udah lebih “berpengalaman” soal ini, kali ini aku enggak share soal benefits of journaling aja, tapi lebih luas soal definisi journaling, manfaatnya (lagi), dan how to journal yang enggak merepotkanmu.
Nikmati konten ini melalui video:
Video ini membahas:
- Apa itu journaling? (journaling vs bullet journal)
- Manfaat journaling
- Apa yang harus ditulis di journal?
- Cara menjadikan journaling kebiasaan
- Menulis journaling enaknya diketik atau ditulis?
- Saran dan rekomendasi dalam memulai journaling
Journaling adalah…
Simpelnya, journaling adalah nulis diari. Merekam kejadian atau perasaan apapun yang lewat di pikiranmu dalam bentuk tulisan. Kamu bisa melakukannya di notebook fisik, digital journaling lewat aplikasi note-taking di ponsel, atau blog dan media sosial.
Journaling VS Bullet Journal
Journaling beda ya sama bullet journal!
- Journaling. Kegiatan untuk merekam perasaan dan pikiran yang bahkan super random.
- Bullet journal. Semacam planner buat nulis to-do list atau jadwal harianmu.
Baca juga: Cara Membuat Bullet Journal (Simpel + Murah!)
Manfaat Journaling
I was overthinking over everything back then. Mulai hal-hal kompleks tak terjawab kayak bertanya tentang apa arti keberadaanku, siapa sebenarnya diriku, sampai mikir enaknya pakai baju apa besok ke kampus.
Dengan journaling, aku bisa bebas mengeluarkan unek-unek di atas kertas tanpa harus membebani atau menyinggung orang lain dengan curhatanku yang super duper enggak jelas. Hasilnya, pikiranku jadi lebih jernih alias less overthinking dan fokus buat cari solusi atas permasalahanku.
Kok bisa?
Writing is fundamentally an organizational system –
Phelan
Berdasarkan New York Times, Dr. Pennebaker bilang kalau journaling bisa membantumu untuk organize your mind dan “menerima” trauma. Enggak heran sih, banyak pakar yang menganjurkan para pemilik posttraumatic stress disorder (PTSD) untuk menuliskan pikiran-pikirannya.
Pernah nonton Sherlock BBC series belum? Di situ, John Watson, “pendamping” Sherlock, yang mengalami PTSD abis perang di Afghanistan disarankan psikolog buat nge-blog untuk menuangkan pemikirannya.
Bagaimana Cara Journaling dan Apa yang Ditulis?
TERSERAH because there is no perfect method for journaling. Journaling dikenal sebagai tempat untuk stream of consciousness. Maknanya, kamu bisa menulis apaa aja yang ada di dalam pikiranmu:
- Apa yang kamu lakukan hari itu?
- Apa yang kamu rasakan?
- Apa yang kamu pikirkan
Personally, aku nulis beberapa hal ini dalam journal-ku:
- Goals
- Me-review atau merefleksi goals-ku secara mingguan dan bulanan
- Hal-hal yang aku syukuri tiap hari
- Ceritaku tentang kejadian hari atau minggu itu
- Pendapat/perasaanku tentang buku, film, atau video YouTube
- Kutipan favorit yang aku ambil dari buku, film, bahkan percakapan random dari nguping orang lain.
Kalau kamu masih bingung mau nulis apa di journal kamu, aku udah bikin 20 pertanyaan sebagai cara mencari jati diri yang bisa kamu download gratis!
Unduh: PDF Journaling Prompts
Bagaimana Cara Memulai Journaling dengan Rutin?
Yang perlu ditekankan di sini adalah jangan sampai journaling menjadi suatu kewajiban dan kamu mengasosiasikannya sebagai beban.
Aku sendiri untuk sekarang enggak menulis satu halaman tiap hari (one day one page) seperti dulu. Waktu itu, tujuan awalnya memang buat membentuk journaling jadi kebiasaan. Tapi, aku sekarang merasa terbebani kalau harus nulis tiap hari karena makin “sibuk”.
Untuk sekarang, aku menyiapkan tabel dan mencatat hal-hal yang aku syukuri atau yang terjadi tiap hari di situ sebelum tidur. Paling cuma 1-2 kalimat. Nah, aku bakal review lagi tabel itu di akhir minggu dan nulis secara lengkap di halaman lainnya.
Berikut adalah tips dari aku kalau kamu mau mulai kebiasaan journaling:
- Mulai dari hal yang kecil. Aku dulu menantang diriku buat ngejadiin ini habit harian. Jadi nulisnya cukup 10 menit, nulis atau gambar apapun. Mulai dari kalimat yang aku suka atau sekadar kliping. Apapun deh, pokoknya 1 halaman terpenuhi.
- Masukin di habit tracker. Ini dilakukan biar kamu bisa track kapan kamu bolong, dan biar bisa nentuin kapan sebenarnya waktu paling cocok buat kamu nge-journal. Mungkin kamu lebih cocok seminggu 2 kali aja daripada setiap hari.
- Jangan jadikan ini beban. Ini bukan nulis essay buat tugas sekolah, kok! Enggak perlu ada pokok pikiran, bentuknya paragraf, atau kalimatnya harus terstruktur. Kamu juga enggak harus membuatnya aesthetic gitu! Toh, kamu nulis buat dirimu sendiri, bukan orang lain.
- Letakkan journal-mu di tempat yang gampang terlihat. Dalam The Law Least of Effort di buku Atomic Habits, bentuk lingkungan yang bikin kamu melakukan kebiasaan itu. Jadi, taruh di meja belajar, misalnya, biar kamu ingat kalau kamu pengin nge-journal secara rutin.
Baca juga: Cara Membentuk Kebiasaan dari Atomic Habits oleh James Clear
Buku Apa yang Cocok Dipakai Buat Journaling?
Personally, aku suka pakai notebook dengan kriteria:
- Cream paper biar enggak mencolok di mata.
- Kertas A5 (setengah A4) karena A6 kekecilan dan B5 terlalu besar (takutnya terbebani satu halaman enggak selesai-selesai, lol)
- Kertasnya tebel! Karena buku journaling sering aku pakai buat latihan kaligrafi juga, aku mau kertasnya yang bikin tintanya enggak gampang tembus.
Pilihan notebook-ku seringkali jatuh ke notebook custom-nya Buddybooks. Produk mereka memenuhi semua kriteria di atas! Ditambah dengan desain sampulnya yang gemes.
Tapi, kamu bisa pakai notebook apapun yang tersedia di toko alat tulis terdekat! I just nitpick things…
Itulah konsep dasar tentang journaling. Mulai dari pengertiannya hingga cara memulai journaling. Basically, there’s no rules! Jadi, semoga kamu bisa segera memulai dan mendapat manfaatnya, ya.
Happy journaling~!