“Jalan Sunyi Seorang Penulis” menceritakan tentang kehidupan tragis seorang penulis. Tapi, yang buat aku soo in love karena buku ini jujur banget.
Terbitan pertama Maret 2005. Buku ini adalah edisi diperbarui dari “Aku, Buku, dan Sepotong Sajak Cinta” yang terbit tahun 2003. Sesuai banget sama judulnya, yang dirasakan oleh tokoh penulis di buku memang sunyi, kelam, dingin.
Di sini aku tidak ingin menyampaikan berapa derajat dingin yang dirasakan oleh penulis. Tapi, sikap apa yang ia tunjukkan setiap menapaki jalan sunyi itu.
Temukan motivasi
Tokoh awalnya adalah seorang anak yang tidak tau apa-apa tentang dunia kepenulisan. Dia juga tinggal jauh dari peradaban. Jadi, yang ia tau hanya buku sekolahan.
Kemudian, sampai ia berumur 19 tahun di kampusnya ia join UKM kepenulisan gitu. Motivasinya emang agak salah mungkin. Tapi disitulah, seperti kata pepatah “there’s a will, there’s a way”
Belum ada bayangan aku ingin menulis apa. Kalaupun sudah tau apa, harus mulai dari mana. Semuanya serba kosong, semuanya melompong. … Hanya modal ingin menulis saja yang kupunya. Tidak tahu hendak menulis apa. Yang muncul di angan-anganku hanyalah kelebatan kegembiraan, ah kalau bisa menulis, tentu tulisan bisa dibaca semua orang, ah kalau bisa menulis tentu diri akan dihormati orang, ah kalau bisa menulis tentu diri dianggap pintar, dan sebagainya”
Banyak baca
Bahkan di buku ini diungkapkan kalau dalam 3 tahun, si doi udah baca 950 buku. Wow.. Nggak tau sih seberapa tebal bukunya. Tapi, secara kuantitas itu menakjubkan.
Karena si tokoh juga menulis resensi, so pasti dia harus membaca buku yang akan diresensi juga kan?
Dalam resensi biasanya juga dimasukkan buku pembanding dengan tema yang sama. Mengutip dari buku Rindu oleh Tere Liye juga:
“Jika kau ingin menulis satu paragraf yang baik, kau harus membaca satu buku. Maka, jika dalam tulisan itu ada beratus-ratus paragraf, sebanyak itulah buku yang harus kau baca”.
Jangan minder
Mengapa baru seusia 19 tahun ini aku menjelajahinya (dunia menulis) dengan naluri yang sungguh. ….Dijangkiti oleh rasa minder diri yang terlampau dalam itulah aku sedemikian rupa menjahit niat dan rasa tekun setiap harinya untuk bisa menulis. -Jalan Sunyi Seorang Penulis : 102
Karena si tokoh berasal dari dunia yang jauh dari peradaban tadi, dia merasa nggak tau apa-apa.
Ujung-ujungnya minder. Jadi, daripada menyesal layaknya yang dirasakan oleh si tokoh dalam Jalan Sunyi Seorang Penulis ini, mari mulai belajar untuk menulis jika yang ditargetkan adalah karir sebagai seorang penulis :”)
Jangan terpengaruh oleh gaya penulisan “sok ilmiah”
Tulislah sesuatu yang kamu paham betul. Kalau ikut-ikutan terkesan nggak konsisten. Terus kamu juga tidak punya ciri khas yang bisa orang lain rasakan saat membaca tulisan kamu.
Kembali ke Manifesto Menulis
Tuhan, aku takut mati muda! Terlalu takut sebelum sempurnakan jalan manifesto menulis itu: terus membaca, terus menulis, terus bekerja, dan bersiap hidup miskin! -Jalan Sunyi Seorang Penulis:325
Buku ini cocok banget untuk yang mau memulai karir sebagai penulis, editor, dan kawan-kawannya. 5 cara menjadi penulis di atas adalah hal yang bisa aku sampaikan setelah membaca buku ini.
Hal yang begituu aku syukuri adalah aku terlahir pada masa yang menjadikan internet seperti nadi kehidupan, blogging salah satunya. Sudah ada berbagai macam platform yang siap untuk dijadikan lahan melatih menulis. Sebut saja wattpad, medium, blogger, wordpress, and everything you can name it.
Dan bahkan banyak penulis terkenal yang menjadikan platform itu sebagai batu loncatan mereka. Aku masih belajar.
Mengutip dari buku ini, diriku adalah karakter yang berada di titian menuju titik peralihan identitas: selamat atau masuk belantara.
Semua sejatinya mengharapkan selamat. Aku juga.
Comments
2 responses to “Cara Menjadi Penulis: Pesan dari Jalan Sunyi Seorang Penulis oleh Muhidin M Dahlan”
Permisi. Sy ingin bertanya. Apa yg dimaksud dgn gaya penulisan sok ilmiah?
Halo! Terima kasih udah mampir. Gaya penulisan ilmiah maksudnya memakai istilah atau topik yang kamu sendiri nggak paham betul artinya. Di buku itu, tokohnya dulunya bikin tulisan “berat”, tapi dia sendiri nggak ngerti apa artinya dan asal comot dari tulisan orang lain biar keliatan keren. Nah, sebaiknya jangan gitu..