Kalau Steal Like An Artist mengajari kita buat memulai creative journey kita dan mendapatkan ide-ide. Nah, kalau Keep Going oleh Austin Kleon (penulis yang sama), mendorong para manusia dalam dunia kreatif yang lagi stuck. I was there, and this book is such a great help!
Mini Resensi Buku Keep Going oleh Austin Kleon
Buku ini sangat menenangkan! Sangat patut dibaca buat para penulis, desainer, dan semuanya yang lagi mengalami writer’s block atau buntu. Kamu yang lagi sumpek dan bahkan ingin menyerah saat proses kreativitasmu.
This book helps you regain the spirit and energy to keep going.
Enggak tiap hari kita mengalami “hari baik”
None of us know what will happen. Don’t spend time worrying about it. Make the most beautiful thing you can. Try to do that every day. That’s it. – Laurie Anderson
The creative life is not linear. Seberapa sukses kamu, seberapa banyak penghargaan yang kamu dapat, kamu enggak akan pernah “sampai.”
Kita punya kontrol yang rendah pada kehidupan, dan yang bisa kontrol adalah pada apa dan bagaimana kita menghabiskan hari-hari kita.
Maka dari itu, mulai bangun rutinitas harian.
Mungkin kamu berpikir, “Ah, orang kreatif kan harus bebas dan enggak dikekang, ngapain bikin rutinitas?” Meskipun terkesan membosankan, rutinitas membantu kita buat enggak wasting time. Ketika kita enggak ngerti apa yang harus kita lakukan, rutinitas yang “mengatakan sama kita”
Misal, ketika kita ngerencanain buat menggambar sehari sepuluh menit setelah makan malam. Kegiatan rutin ini akan membantu kita menyisihkan waktu, dan akhirnya kita bisa bikin final products-nya. Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit.
Gimana cara membangun rutinitas? Ask yourself dan coba sendiri. Apakah kamu lebih enak berkarya pagi/malam, pertimbangkan mood, kerjaan, keluarga, dan social lives.
Terus, bikin daftar apapun, contoh: “to-learn” lists, “someday” lists, daftar hal-hal yang enggak akan kamu lakukan (kebalikan dari to-do list wkwk), daftar buku favorit, dll.
Selesaikan harimu, dan move on. Enggak setiap hari kita melakukan sesuatu yang bagus, ya udah enggak apa. Supaya lebih aware sama hari-hari yang kita jalani, bikin list hal-hal yang udah kamu capai selama hari itu, dan bikin rencana apa yang akan kamu lakukan besok. Done, tidur. Enggak usah sok-sok overthinking. 😛
Sisihkan waktu dan tempat buat berkarya
Bangun “waktu dan tempat” yang enggak bisa diganggu gugat buat melakukan hal-hal kreatifmu dari berbagai hal: pekerjaan, internet, anak-anak.
Enggak perlu buat “selalu update“. Coba jaga jarak dari (terlalu banyak) informasi yang ada di sekitar kita, termasuk “kabar dan informasi” dari teman-temanmu. #JOMO alias the Joy of Missing Out.
Coba aktifkan airplane mode dan belajar berkata “enggak”.
Lupakan job title, lakukan job desc-nya!
Lots of people want to be the noun without doing the verb. They want the job title without the work. Let go of thing that you’re trying to be (the noun), and focus on the actual work you need to be doing (the verb).
Peliharalah sense of playness dalam dirimu saat melakukan hal kreatif dan jangan terlalu fokus sama hasil. Soalnya, bisa aja kamu stuck karena kamu mengharapkan hasilnya harus sempurna, begini begitu.
Gimana caranya biar bisa “main-main” sama proses kreatif?
- Buat karya (tulisan, gambaran, dll) dan bakar sebagai “spiritual exercise“.
- Coba materials atau tools yang enggak familiar. Misal seorang arsitek biasanya gambar pakai software tertentu, coba bangun sesuatu di the Sims atau Lego.
- Buat karya terjelek secara sengaja
- Hang out sama anak kecil
Seni enggak selalu soal uang
God walks out of the room when you’re thinking about money. – Quincy Jones
Jangan menjadikan hobimu selalu tentang uang dan uang.
Buat apa yang kamu inginkan dan enggak usah dijual. Keep it for yourself, atau bagikan secara gratis sama teman-temanmu.
Terus, sekali-sekali jangan terlalu peduli sama angka: shares, follows, likes, dan lainnya.
Daripada pakai pendekatan kuantitatif, coba pakai pendekatan kualitatif. Tanya teman-temanmu atau followers-mu di media sosial apakah mereka suka sama karyamu.
When our art is taken over by market considerations—what’s getting clicks, what’s selling—it can quickly lose the gift element that makes it art.
Selain memakai pendekatan kualitatif, coba kamu menjadi volunteer dan ajari orang lain gimana caranya membuat karyamu.
The ordinary + extra attention = the extraordinary
Kamu enggak harus punya kehidupan yang “wah” biar bisa bikin karya yang “wah”. Banyak orang-orang kreatif yang mengubah hal-hal yang biasa jadi luar biasa.
Jadi, cobalah perhatikan lebih dalam sekelilingmu dan lihat hal-hal di sekitarmu dan lihat dari perspektif yang berbeda. Lihat secara perlaaaahaaan dengan detail.
Kalau masih bingung, coba lihat-lihat lagi hal-hal yang pernah kamu lihat (HAHA), contoh:
- membaca ulang diary atau notes yang buat menyimpan ide-idemu
- lihat lagi sketchbook-mu dulu
- scroll galeri fotomu
- tonton ulang footage dari sesuatu yang kamu film
Jadilah seniman “yang baik”
Tujuan dari membuat karya adalah membuat hidup lebih baik. Kalau karya itu menambah masalah dalam hidupmu (dan/atau orang lain), walk away and do something else.
Great artists help people look at their lives with fresh eyes and a sense of possibility. “The purpose of being a serious writer is to keep people from despair,” writer Sarah Manguso. “If people read your work and, as a result, choose life, then you’re doing your job.
Mengubah pikiran bukanlah dosa
Kebanyakan orang takut mengubah pikirannya karena takut sama pendapat orang, dipikir kita adalah orang yang plin-plan. Padahal ya enggak apa.
Media sosial membuat kita semua jadi “politicians” dan brand. Jadi, kita bakal merasa berdosa kalau melakukan/mengutarakan sesuatu yang off-brand.
Dalam Keep Going oleh Austin Kleon ini dianjurkan kalau tempat yang paling oke buat off-brand adalah offline media.
Cara lain buat mengubah pikiran adalah berinteraksi dengan orang lain, terutama yang enggak seiya sekata sama kamu. Ketemuan orang yang sepemikiran emang nyaman sih, tapi bisa jadi boring dan enggak “nendang” 😛
Interacting with people who don’t share our perspective forces us to rethink our ideas, strengthen our ideas, or trade our ideas for better ones.
Kalau kamu bingung memulai darimana ketemu orang lain secara fisik (apalagi pandemi gini, kan?), kunjungilah orang-orang yang udah mati, alias baca buku dari zaman dahulu.
Beberes
Metode beres-beresnya Marie Kondo emang mantap banget kalau buat ngatur pakaian, tapi kemungkinan besar “enggak baik” buat proses kreatifitas.
Art is not only made from things that “spark joy.” Art is also made out of what is ugly or repulsive to us.
Proses kreatifitas membutuhkan koneksi-koneksi, yang dihasilkan dari meletakkan penemuan-penemuan kita di suatu tempat. (You know, kayak mapping-nya detektif yang super messy gitu). Wajarlah kalau emang berantakan.
Tapi, tetap letakkan alat-alat berkaryamu pada tempatnya biar enggak bingung waktu mencari, dan let the materials cross-pollinate in a mess.
Hal terpenting dari beres-beres buat orang kreatif adalah menemukan kembali sesuatu (yang mungkin aja tertimbun).
Plus, jangan lupa tidur karena aktivitas ini bisa “merapikan” pikiran.
Demons hate fresh air
Jangan lupa keluar rumah, exercise, dan jalan kaki. Ada banyak seniman yang jalan-jalan, hiking, atau keliling kota. Carilah udara segar pokoknya!
Plant your garden
Kreativitas punya “musimnya” sendiri.
Creative work has seasons. Part of the work is to know which season you’re in, and act accordingly.
Jadi, kalau emang “bukan musimnya,” sabar dan perhatikan aja dulu siklus dan ritme dari kreativitasmu. Don’t rush, dan coba cari siasat kayak contoh-contoh di atas ketika lagi off. Aim for long-term process!
I’ll go on until I fall over.
Pas kamu lagi suntuk, yakini kalau this, too, shall pass.
Itulah tips dari Keep Going oleh Austin Kleon biar kamu tetap kreatif dan enggak menyerah walau lagi stuck, writer’s block, dan enggak mood buat berkarya.