Filosofi Teras: Filsafat Yunani Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini karya Henry Manampiring kemarin sempat booming banget.
Buku ini menceritakan konsep Filsafat Stoicism secara down to earth dan kekinian. Om Piring nulis buku ini berangkat dari diagnosis dokternya bahwa ia mengalami Major Depressive Disorder!
Emosi negatif pun beraduk jadi satu! Sampai suatu hari Henry Manampiring menemukan buku tentang filsafat Stoicism yang bisa membuatnya jauh lebih tenang.
Kali ini, aku meng-highlight konsep penting di buku Filosofi Teras yang bisa kamu aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari biar enggak gampang emosi!
Konsep Filosofi Teras #1: Pengendalian
Dikotomi Kendali
Filosofi Teras mengajarkan bahwa ada hal-hal di bawah kendali kita dan ada yang tidak.
Hal-hal yang di luar kendali contohnya:
- opini orang
- kondisi saat lahir
- bencana alam
- indeks pasar modal
Dan, hal-hal yang di bawah kendali kita:
- Pertimbangan/persepsi/opini kita
- Keinginan kita
- Tujuan kita
- Segala sesuatu yg merupakan pikiran dan tindakan kita sendiri
Berdasarkan Filosofi Teras, kalau kita bergantung sama hal-hal yang di luar kendali, kita harus siap-siap merasa kecewa.
Enggak terhitung orang-orang yang menyalahkan kenapa dia dilahirin begini begitu. Kenapa enggak tinggi, kenapa makan sedikit naiknya udah 10 kilo 🙂 Apalagi, kalau dibilang sama saudara, “Eh kamu gendutan?” Sontak seharian jadi bad day.
Itulah kenapa kita perlu work on hal-hal yang di bawah kendali. Shift our mindset. “Enggak apa berisi, yang penting sehat.”
Trikotomi Kendali
Mirip dengan Dikotomi Kendali, sekarang ditambah satu, menjadi:
- Hal yang di bawah kendali
- Hal yang di luar kendali
- Hal yang sebagian kita kendalikan (karir, relationship, sekolah, lomba)
Dengan memisahkan tujuan di dalam diri (internal goal) dari hasil eksternal (outcome-nya).
Contoh: Teman-teman yang mau ujian, daripada takut soal lulus atau enggak buat ujian, Filosofi Teras menyuruh kita untuk fokus ke hal-hal yang di bawah kendali kayak tidur yang cukup, belajar yang bener, dan datang tepat waktu.
Intinya, jangan terlalu diperbudak oleh emosi atau hal-hal yang di luar kendali kita karena enggak akan bikin bahagia!
Konsep Filosofi Teras #2: STAR
Meskipun udah disuruh tetap tenang dan bersahaja, mengetahui mana yang di bawah kendali dan di luar kendali, sebagai manusia biasa kita pasti merasakan emosi. Ya kan? Kena tikung temen atau kena tilang polisi misalnya.
Filosofi Teras ngasih tau konsep STAR yang ditujukan bagi kita saat mulai merasakan emosi.
S (Stop)
Bahasa Jawanya “Sek.. Sek” Sebentar, jangan melakukan respon instan. Coba kita tarik nafas dan hembuskan agar kepala lebih dingin dan hati lebih tenang.
T & A (Think & Assess)
Sebelum kasih respon, coba dipikirkan dan dinilai secara rasional. Ketika pikiran udah agak adem ayem karena S (Stop), saatnya kita berpikir lebih objek.Pisahkan fakta vs. interpretasi yang aneh-aneh.
Misal kamu lagi terjebak macet, ya itu macet “aja” gitu, itu bukan hari terburuk dalam hidup. Hey, inget, mungkin kamu tadi abis dapet traktiran!
R (Respond)
Setelah tenang dan dipikir secara rasional, macet ternyata enggak seburuk itu kok. Kamu bisa dengerin podcast atau lagu favorit kamu. Atau mungkin mas atau mbak di sebelah bisa diajak kenalan wkwkw.
Pokoknya response kamu harus #antilebay dan #nobaperbaper
Baper itu sumber segala masalah. Karena baper dimulai dari persepsi kita sendiri.
Konsep Filosofi Teras #3: Ekspektasikan Hal Terburuk
Kalau dalam buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring, konsep ini disebutnya Premeditatio Malorum. Maksudnya, kita disuruh bersiap-siap hal-hal buruk di luar kendali yang akan terjadi.
Hope for the best, prepare for the worst
Ini dimaksudkan kita bisa mengantisipasi “kejutan“, supaya enggak kecewa-kecewa amat gitu.. Karena kita sudah memprediksinya.
Aku jadi inget pengalaman pribadi waktu pertama kali berangkat ke Jakarta sendirian. Aku berpikir gimana kalau nanti dicopetlah, tersesatlah, barangku ketinggalanlah. Syukur, enggak terjadi dan selamat sampai balik. Dan aku jadi lebih “puas.”
Meski ada insiden mati listrik heboh se-Jabodetabek 4 Agustus lalu aku tetap menikmati perjalananku.
Dari anak yang belajar manage emosi,
Kalau kamu kepo soal resensi filosofi teras by henry manampiring, bisa kunjungi bookstagram aku
Comments
11 responses to “3 Konsep Penting Filosofi Teras, Penangkal Emosi Negatif”
Baca reviewnya kayak enak banget mahaminya, jadi penasaran sama buku aslinya….
Hope for the best prepare for the worst, iya sih kadang punya maksud seperti itu. Tapi begitu kepikiran yang jelek malah ketakutan sendiri kok tiba tiba punya pikiran buruk, takut kalau kejadian beneran. Nah ngebedainnya gimana tuh antara antisipasi kejadian buruk sama tiba tiba terpikir hal yang buruk?
Super recommended, Mbak.
Kalau berdasarkan bukunya, kepikiran jelek dan ketakutan lebih merujuk ke emosi dan persepsi yang negatif. Kalau antisipasi kejadian buruk didasarkan pada nalar, kepala dingin, sama pemahaman “Oh, emang ada kok hal-hal yang diluar kendali kita. Wajarlah kalau ada kejadian buruk” Lalu, dilanjutkan ke action kayak bikin plan B, dsb. Semoga membantu!🥰
ternyata emosi bisa dikendalikan kalau kita tahu caranya… wahh.. jadi pingin baca buku Filosofi Teras… makasih infonya mbak lideen.. 🙂
Sama-sama! Monggo, super recommended~🤩
Makasih ya Mbak sharingnya, saya baru tahu konsep filosfoi teras ini. Yang paling related sih yang STAR agar bisa lebih santuy dan bijak menyikapi hal-hal yang mungkin di luar ekspektasi kita.
Sama-sama! Betul. Apalagi pandemi Covid ini ketika banyak sekali hal-hal yang di luar ekspektasi. 😥
Posthink always ya. Sambil tetap waspada dan jaga emosi juga hati 😁
Betul sekali, mbak!🤩🤩
Ini keren abis sih..
Terima kasih, kak! Semoga bisa membantu di masa sekarang ini ya :”)