THE RED-HAIRED WOMAN
Penulis: Orphan Pamuk | Jumlah halaman: 272
Harga: IDR 69.000 (aku sendiri pinjam dari perpus) | Rating: 4/5
Aku pernah membayangkan menulis novel tentang dendam seorang anak pada orang tuanya. Tapi, ternyata Orphan Pamuk has done it, and definitely did it better, lewat bukunya yang kesepuluh ini. Setelah kebanyakan baca buku pengembangan diri dan novel yang menurutku biasa aja, novel ini ngasih “ledakan” di bacaan fiksiku, so here I present resensi The Red-haired Woman dari Orphan Pamuk.
Sinopsis The Red-haired Woman
Cem Çelik adalah anak dari seorang apoteker “garis kiri” di Istanbul. Karena aktif di gerakan sosialnya, ayah Cem sering banget tiba-tiba hilang dan bahkan sempat dipenjara. Suatu hari, ia dan ibunya pindah ke rumah bibinya dan bekerja jadi penjaga kebun.
Eh, kok ditawarin sama tuan Mahmut, si penggali sumur, buat jadi asistennya dengan iming-iming: “Gajimu lebih besar dengan waktu lebih sedikit”. Si Cem sendiri butuh duit, soalnya dia harus membiayai dirinya kuliah Sastra, pengin jadi penulis ceritanya. Berangkatlah mereka Öngören untuk menggali sumur di lahan yang kelihatannya impossible banget buat dapaetin air, keadaannya kering dan tandus.
Selama bekerja inilah, Cem “mendapat” figur ayah dari tuan Mahmut yang menjulukinya “tuan kecil” gara-gara Cem kan awalnya “cukup berada”. Waktu istirahat kerja di malam hari, dia ketemu sama Perempuan Berambut Merah yang kerja jadi artis di teater keliling. DARI SINILAH, THINGS ARE GETTING INTERESTING.
Cowok belasan tahun ini melakukan (2) kesalahan (besar) yang menghantuinya sampai tua. Kesalahan ini berkaitan erat sama 2 mitos yang menceritakan hubungan ayah dan anak.
- Oedipus, mitos Yunani yang bercerita tentang seorang anak (Oedipus) yang membunuh ayahnya, seorang raja, secara “enggak sengaja” dan meniduri ibunya.
- Shahnameh, mitos Iran yang berisi soal ayah yang membunuh anaknya “secara enggak sengaja” di medan perang.
Yang mana, kedua cerita itu ada unsur dendamnya. (TUH, MAKIN PENASARAN, ENGGAK?) Cem dewasa memang kelihatan “fine”: dia kuliah di jurusan teknik geologi, menikah dengan Ayse, dan super duper kaya dengan perusahaan propertinya meski enggak punya anak. Tapi, ternyata hidup enggak semulus itu, apalagi di novel yang ditulis sama peraih nobel!
….bahwa setiap pria memendam keinginan untuk membunuh ayahnya sendiri.
Resensi The Red-haired Woman
Yang aku suka
Well, well. Baru kali ini aku baca Orphan Pamuk dan langsung jatuh cinta. Jenis-jenis gaya cerita epic yang aku bayangkan dimasukkan semua di sini:
-
Terdiri atas beberapa bagian
Ada 3 bagian dalam novel ini yang menceritakan kisah hidup Cem. Bagian 1 pas dia remaja sampai selesai kerja dengan Tuan Mahmut. Terus, Bagian 2 kehidupan Cem kuliah sampai ada ~suatu~ kejadian. Nah, bagian terakhir adalah sudut pandang dari si Perempuan Berambut Merah.
Tiap perpindahan adegan, selalu ada adegan greget, berupa plot twist, yang bikin pembaca enggak ngantuk. Pemotongan adegannya pun apik, jadi bikin penasaran. (Ya ampun, daritadi tanganku gatel pengin nge-spoil T_T)
-
Deep research
Yang kami pelajari dari miniatur-miniatur yang amat sangat detail ini adalah betapa sementaranya seluruh kehidupan kuno itu, betapa cepatnya mereka dilupakan, dan betapa sia-sianya kalau kita berpikir bisa menangkap makna hidup dan sejarah dengan mempelajari sedikit fakta.
Menggabungkan 2 mitos terkenal menjadi cerita yang keren itu enggak gampang. Belum lagi, dalam novel ini, Orphan Pamuk goes beyond those fairytales. Dia juga mengulas soal lukisan-lukisan yang pas banget sama kondisi Cem. Kayak tulisan Leila S. Chudori dan Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi, penulis jelas melakukan riset yang mendalam pas bikin buku ini.
Baca juga: [Resensi Buku] Amba oleh Laksmi Pamuntjak
-
Penekanan cerita mana yang penting dengan memperbanyak atau mengurangi detail
Author yang kece pasti tahu mana yang perlu dikasih detail dan mana yang enggak. Di The Red-haired Woman ini, jalan cerita di awal terutama bagian Cem jadi asisten tuan Mahmut sangatlah detail. Ini jelas ada niatan ingin menunjukkan bagaimana tuan Mahmut punya efek besar bagi Cem sebagai guru sekaligus “ayahnya”.
Terus, pada bagian kuliah sampai mendirikan perusahaannya, Sohrab, cepet banget. Padahal, durasi waktunya sekitar 30 tahun, dibandingkan sama waktu Cem jadi asisten sekitar 2 bulan. Mereka memakan jumlah halaman yang hampir sama.
-
Sudut pandang yang berbeda dari dua pihak yang jadi inti cerita
Enggak semua tulisan dengan perbedaan sudut pandang jadi metode yang bagus untuk menyampaikan cerita. Nah, di The Red-haired Woman ini pas banget soalnya antara Cem dan Perempuan Berambut Merah punya “rahasia” masing-masing yang jadi plot twist BANGET!
Salah satu terjemahan terbaik
Aku mengapresiasi penerjemahnya, sih. Bahasanya enggak terkesan kaku kayak Google Terjemahan, nge-flow bagus kayak baca novel bahasa Indonesia. Untuk aku yang jarang cocok buku terjemahan, buku ini mantul.
Tetapi, aku tidak akan diatur musuh-musuhku, tidak akan terjebak dalam dikotomi semu seperti kiri dan kanan, atau beriman dan modern. Aku hanya ingin menjadi diri sendiri.
Yang enggak aku suka
Meski tahu mana yang perlu di-emphasize, enggak menutup kemungkinan detail itu jadi cenderung boring. Apalagi, ini dipakai pas kejadian si Cem menggali sumur bareng tuan Mahmut. Adegan kayak pas Tuan Mahmut mendongeng bisa jadi menarik. Tapi, pas mereka naik turun sumur agaknya membosankan dan terkesan lama (dasarnya aku aja sih yang malas pahamin pengairan, wkwk).
Jadi, pesan yang bisa aku ambil dari The Red-haired Woman adalah hati-hati berkelakuan saat kamu masih muda, wkwkwk. Maksudku, lihatlah Cem. Dia kaya raya, tapi tetap terbelunggu kesalahan masa lalu yang menghantuinya. Dan, kesalahan itu menjadi SANGAT FATAL (pengin spoil lagi).
Dari anak yang gatel pengin spoil,
Comments
2 responses to “[Resensi Buku] The Red-haired Woman oleh Orphan Pamuk”
This is cool
Thank you!