Buku You Do You oleh Fellexandro Ruby ini sebenarnya udah ada di daftar TBR-ku sejak lama. Tapi, suatu hari penulisnya bilang gini lewat Instagram Story-nya, “Buat pembaca Austin Kleon dan penulis pengembangan diri lain, ya nggak perlu baca buku ini.”
So, sebagai pembaca bukunya Austin Kleon myself, aku set aside buku ini, hehehe. Mungkin penulis bilang begitu karena banyak yang komen kalau konsep-konsep di bukunya nggak ada yang “bener-bener baru”.
Well, there’s nothing new under the sun. Jadi, aku akhirnya baca aja lewat Gramedia Digital karena udah terlanjur penasaran dan suka konten-konten Fellexandro Ruby di media sosialnya.
Pikirku nggak bakal rugi-rugi amatlah dengan baca versi digital-nya kalau emang mengecewakan. Turned out, aku berkesimpulan bahwa buku ini adalah must-have bagi kaum muda umur 20an.
YOU DO YOU: Discovering Live Through Experiments and Self-Awareness
Penulis: Fellexandro Ruby
Jumlah halaman: 235
Tahun terbit: 2020
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Rating dari aku: 4/5
Harga: Rp. 128.000 (Aku baca di Gramedia Digital)
Resensi Buku You Do You oleh Fellexandro Ruby
You Do You adalah compact guide bagi para dewasa muda, terutama mereka yang di umur 20an dan lagi menghadapi quarter-life crisis. Buku ini dibagi dalam 5 segmen yang membimbing pembaca buat lebih mengerti diri sendiri, menemukan ikigai, “mendesain” hidupnya, dan membangun “net worth” serta mindset yang baik.
Berbekal dari buku ini, penulis berharap kalau pembacanya bisa membuat hidup yang “lo banget”, yang sesuai nature-nya dan tanpa membandingkan diri sama orang lain.
Awal-awal terbit aku melihat kalau buku ini menuai pro-kontra, and I can see why.
- Yang suka banget sama buku ini kemungkinan mereka jatuh cinta sama how this book covers all fundamental knowledge tentang karir dan self growth, yang mana emang topik bahasan Fellexandro Ruby di akun media sosialnya selama ini.
- Dari kubu kontra, aku lihat emang udah pada banyak baca buku pengembangan diri oleh penulis luar, kayak Austin Kleon dan Malcolm Goldwell. So, mereka berpendapat nggak ada yang baru dari You Do You ini. Aku pun menemukan tips Kleon di buku Keep Going dalam buku ini, yang menyebutkan kalau kita seharusnya fokus ke aktivitas buat jadi apa yang kita impikan (verb) daripada mengkhayal job title-nya (noun).
Meskipun begitu, aku sih most likely ngerekomin buku ini ke temen-temenku 20-something yang mulai tertarik sama topik pengembangan diri. Karena ini bahasa Indonesia (nggak semua temanku percaya diri baca buku Bahasa Inggris) dan bahasanya asyik banget kayak ngomong langsung sama penulisnya.
Selain gaya bahasanya, aku standing applause lah buat visualnya. As a visual learner, grafis dalam buku ini benar-benar membantu memahami kontennya. Setiap bab juga punya tema warna tersendiri. Salut!
Dibandingkan dengan The Defining Decade-nya Meg Jay yang science-based, You Do You lebih experience-based. Meski ada penjelesan ilmiahnya, contoh-contoh yang diambil di buku ini lebih banyak dari pengalaman Rudy sendiri dan orang-orang yang ia kenal — yang mana pada reputable dan keren abis karena dia bikin konten sama berbagai ahli juga.
Rangkuman Buku You Do You oleh Fellexandro Ruby
Section ini terbagi jadi 5 chapter sesuai yang ada di bukunya. Aku menulis poin-poin penting yang aku pelajari dan mungkin bisa bermanfaat buat kamu. But, I still highly encourage you to read the whole book.
1. Kenali Diri Sendiri
Pertanyaan apapun seputar karir, keuangan, relationship, dan lainnya, jawaban sebenarnya adalah: TERGANTUNG. Soalnya, tiap orang punya aspek kehidupan yang beda-beda:
- Value dan tujuan hidupnya
- Background keluarga
- Sumber daya — talenta, keuangan, dan daya juang
Jadi, sebelum mulai membuat keputusan, kenali dulu diri kita sendiri (self-awareness).
Siapa gue menyuruh lo berhemat, melarang lo koleksi sneakers, kalau ternyata lo adalah YouTuber sneakers. Lo butuh itu untuk konten. Bisa jadi setiap konten yang lo tayangkan bisa membayar sneakers itu dengan sendirinya.
Self-awareness ini punya banyak manfaat, lho. Kamu bisa punya harga diri (self-esteem) dan emotional intelligence yang tinggi. Terus, kamu juga bisa pakai instinct-mu buat bikin keputusan yang lebih tepat.
Ada beberapa elemen yang perlu “kita cari” buat lebih mengerti diri sendiri:
- Cara belajar. Apakah kamu tipe visual, auditory, membaca/menulis, atau kinestetik.
- Chronotype. Tau jam pinter dan jam bego kita. Selengkapnya aku bahas di video ini ya:
- Goals. “Batasi” prioritas kita sampai 3 aja biar lebih fokus (The Rule of 3)
- Value. Ketahui value-mu biar nggak terombang-ambing sama jalan hidup orang lain, hehe. Caranya bisa pakai DISC test-nya Tony Robbins atau cek personal values dari psikolog William Moulton Marston ini. Mana yang “kamu banget”?
Selain lewat tes, kenali lebih dalam dirimu lewat story mindset. Bayangkan kamu berada di usia senja, mau nulis biografi tentang dirimu, kamu pengin nulis cerita kayak apa? Mana yang lebih dekat sama identitasmu?
Terus cerna informasi dengan hati-hati, berdasarkan:
- Personal truth. Kebenaran yang dipengaruhi personal bias (karena keluarga, agama, dll)
- Political truth. Kurang akurat tapi diterima public
- Objective truth. Bisa dibuktikan secara ilmiah
Pastikan jangan pakai personal truth untuk sesuatu yang harus diselesaikan secara objektif.
2. Temukan Ikigai
Ikigai adalah a reason for being, tujuan kita hidup ini ngapain. Ini adalah irisan dari:
- Apa yang kita bisa
- Apa yang kita suka
- Apa yang bisa kita uangkan
- Apa yang dunia butuhkan
Gimana cara menemukan Ikigai? Ada 3 cara:
- Jangan fokus di job title-nya, tapi lakukan aktivitasnya. Misal, kalau mau jadi ilustrator ya gambar sesuatu dong, jangan hanya mimpiin pekerjaannya aja.
- Ketahui tanda-tanda what you love bisa jadi what you’re good at. Tanda-tanda itu kayak cepet banget ngerti topiknya dan banyak yang mengapresiasi ketika kamu membagikannya, entah apresiasi itu dalam bentuk pujian atau uang.
- Reverse engineer karir. Cek gimana role model kamu bisa mencapai titiknya sekarang, contek itu. Cek lowongan yang kita pengin di LinkedIn, terus cari tahu gimana kita bisa mendapatkan skills yang dibutuhkan.
Yang perlu dicatat adalah Ikigai bisa berubah karena 4 aspeknya dinamis. Misal, apa yang dunia butuhkan, dan lihat travel industry di masa pandemi. Did the world need that? Industrinya benar-benar mati suri saat itu.
3. Rencanakan Hidupmu
Ketahuilah kalau sepanjang hidup kita terbagi dalam beberapa musim:
- Musim 20an (benih). Waktunya eksplorasi dengan mencoba banyak hal, melihat tren, membangun network. Dan kalau soal keuangan, sebaiknya kita bangun kebiasaan baik dan ilmunya.
- Musim 30an (pertumbuhan). Fokus di 1-2 hal yang kamu percaya dan mulai grow your income.
- Musim 40an (matang). Kembangkan 1-2 bisnis dan persiapkan buat jangka panjang.
Menurut Rudy, bisa sih kita mulai eksplorasi di umur 30an, tapi itu bisa jadi berisiko. Butuh pertimbangan matang-matang karena kemungkinan kita bakal ada tanggung jawab ke anak dan pasangan.
Nah, buat narrow down your options, ada 4 jalur karir yang bisa jadi fokus kita:
- Profesional. Mesti panjat jenjang karir, tapi gajian lebih “aman”.
- Wiraswasta. Bisa mengatur waktu sendiri, tapi urusan kantor ada di otak 24/7 dan bisa aja rugi.
- Meneruskan usaha. Lebih “enak”, tapi dalam kendali orangtua dan perlu membuktikan kemampuan.
- Akademisi. Meski bukan gaji terbesar, tapi bisa kasih kontribusi pada kemajuan pendidikan.
Pilih yang mana? Balik ke step 1: sesuaikan sama dirimu sendiri.
4. Bangun “Net Worth”mu
Net worth di sini nggak hanya uang, ya. Ada 4 net worth yang perlu kamu bangun:
- Skill. Belajarlah buat jadi M-shaped people (multipotentialite). Mereka adalah orang-orang yang spesialis di beberapa bidang dan bisa connecting the dots across the fields. Contoh: marketing manager yang bisa graphic design, coding, dan writing sambil punya skill kepemimpinan yang baik.
- Influence. Dibangun dengan share karya, networking, dan personal branding.
- Health. Merasa sehat bisa membuatmu feel more energized, and one good thing will lead to another — jadi lebih produktif, pekerjaan beres, dan sebagainya.
- Money. Fokus ke 3 net worth di atas, maka uang pun akan mengikuti. Di sini, Ruby juga kasih metode keuangan pribadi secara singkat.
5. “Perbaiki” Mindset
Miliki growth mindset karena pemikiran inilah yang membuat kita tough akan tantangan. Growth mindset berarti:
- Merasa cerdas dengan belajar sesuatu yang baru
- Yakin kalau “menang” adalah hasil dari berlatih yang giat
- Nggak masalah nerima feedback
- Setuju kalau manusia bisa mengembangkan kecerdasan dengan berlatih
Selain growth mindset, kita juga perlu menanamkan kalau privilege seharusnya nggak jadi halangan buat meraih mimpi kita. Kalau terus mikir “Enaklah dia bisa meraih itu karena dia punya privilege”, kita nggak akan bisa membawa perubahan ke hidup kita juga.
Privilege is real, but it shouldn’t be used as an excuse, or worse, as a curse.
Ruby juga menyarankan buat melihat hidup dari kacamata tahun atau dekade. Day by day atau week by week emang sangat dinamis, dan bisa jadi terasa berat buat kita jalani. Tapi, coba deh lihat sepuluh tahun ke belakang. Kesulitan-kesulitan itu bisa kita lalui dan bikin “naik kelas”.
Kesimpulan
Perjalanan buat meraih kesuksesan dan membuat keputusan yang tepat dimulai dari mengenali diri sendiri — dan mungkin aja dimulai dari buku ini.
You Do You oleh Fellexandro Ruby kasih tips yang super praktikal dan relevan buat anak muda zaman sekarang. Apalagi, si doi seringkali dapat DM langsung tentang topik karir dan sejenisnya. So, buku ini menurutku udah kayak kumpulan frequently asked questions (FAQs) dari pesan-pesan yang ia terima.
Kesimpulan lain yang aku ambil dari buku ini adalah life is personalized, so is the definition of success.
Success is liking yourself, liking what you do, and liking how you do it
dari salah satu kamu muda,